PARIWARA



Kamis, 21 Februari 2013

CIRI PERTANIAN INDUSTRIAL

Penggunaan Benih Unggul. Salah satu ciri pertanian industrial adalah penggunaan benih hibrida dengan varietas yang selalu diperbarui oleh produsennya. Varietas baru ini hanya responsif bila pemakaian input (misalnya pupuk NPK, pestisida, dan ketersediaan air) dalam kondisi yang sempurna; sehingga mampu berproduksi lebih tinggi dari benih varietas lokal atau tradisional. Namun demikian, penggunaan benih hibrida memiliki sederet kelemahan, antara lain (Goering, 1993) sebagai berikut: 1). Benih hibrida pada umumnya tidak mampu beradaptasi secara optimal dengan agroklimat yang sesungguhnya di lapangan, 2). Generasi dari benih hibrida menyebabkan hilangnya vigor untuk persilangan murni, 3). Menciptakan ketergantungan petani untuk selalu memberi benih buatan pabrik setiap musim tanam, dan 4). Dalam benih hibrida hasil rekayasa genetika sering kali juga terbawa ikutan benih-benih hama atau penyakit tertentu.  

Penggunaan Pupuk Kimia. Penggunaan pupuk kimia buatan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistem usaha tani modern. Dalam beberapa dekade terakhir, penggunaan pupuk buatan dan input buatan pabrik yang lain cenderung meningkat secara signifikan. Namun demikian, peningkatan tersebut juga disertai dengan peningkatan beberapa problema, antara lain tekanan inflasi, degradasi ekosistem pertanian, secara ancaman kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia. Pada saat pupuk buatan diintroduksikan pertama kali, produksi memang meningkat secara menakjubkan. Namun, hasil yang tinggi itu tidak dapat dipertahankan dalam jangka panjang; berbeda dengan penggunaan pupuk alamiah atau pupuk organik. Hasil laporan pembangunan dari Bank Dunia tahun 1984 menyimpulkan bahwa penggunaan pupuk kimia justru dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah.  

Penggunaan Pestisida. Pertanian industrial menganjurkan penggunaan pestisida kimia untuk mengendalikan hama dan penyakit,untuk menghindarkan tanaman dari risiko kehilangan hasil akibat serangga, hewan, dan mikroorganisme lainnya. Dari perspektif sempit atau jangka pendek, pemakaian pestisida tampaknya memang menguntungkan. Namun, dampaknya secara luas saat ini ternyata bahwa residu pestisida kimia merupakan ancaman serius (serious hazards) bagi lingkungan dan kesehatan manusia antara lain meningkatnya resistensi. Beberapa risiko penggunaan pestisida: 1). Hama-hama, antara lain wereng cokelat, wereng hijau, hama ulat kubis (diamond backmoth), telah berkembang menjadi tahan terhadap berbagai formulasi pestisida, 2). Hama wereng cokelat juga memperlihatkan resurjensi terhadap berbagai formulasi pestisida, 3). Musuh-musuh alami (predator, parasitoid) dan makhluk-makhluk bukan sasaran, 4). dan yang berguna ikut binasa, 5). Dalam ekosistem mina padi timbul risiko kematian ikan-ikan, 6). Pencemaran air, tanah, dan udara tidak terhindarkan dan berisiko tinggi mencelakakan manusia karena sebagian besar penduduk di pedesaan masih banyak memanfaatkan air sungai untuk MCK, dan 7). Ongkos produksi meningkat, baik bagi petani dan pemerintah (yang mengeluarkan subsidi sebesar US $ 100-150 juta per-tahun).  

Penggunaan Mekanisasi. Salah satu perubahan yang paling fundamental dalam industri pertanian adalah penggantian tenaga manusia dan hewan dengan tenaga mesin. Mekanisasi mampu meningkatkan hasil per unit input tenaga kerja dan menurunkan harga jual pangan per satuan. Namun demikian, mekanisasi di bidang pertanian juga banyak menimbulkan akibat buruk, antara lain hilangnya kesempatan kerja, terciptanya ketegantungan pada energi minyak bumi, diperlukan modal yang lebih besar, dan tersentralisasinya teknologi pada usaha tani berskala besar. Mekanisasi cenderung hanya menguntungkan usaha tani berskala besar. Padahal, 60% lebih petani kita termasuk petani kecil (petani gurem). Akibatnya, petani-petani miskin menjadi sangat tergantung pada petani bermodal besar yang mampu membeli mesin-mesin pertanian tersebut. Petani kecil harus menyewa traktor bergiliran dengan petani lain sehingga pengelola tanah dan aktivitas usaha tani yang lain tidak mandiri. Adanya, penggilingan padi menyebabkan petani meninggalkan alat-alat penumbuk tradisional, misalnya lumpang, lesung dan sebagainya.  

Penggunaan Bioteknologi. Para ilmuwan di Amerika Serikat berhasil menciptakan sapi dan domba hasil rekayasa genetika dari sel hidup atau kloning, yang kemudian menimbulkan perdebatan dalam masyarakat luas. Kalangan agamis mengkhawatirkan teknologi kloning akan terus berkembang sehingga manusia pun di kloning unutk menciptakan manusia-manusia super. Sementara, kalangan ilmuwan menyambut gembira penemuan ini karena beberapa hewan dan tanaman yang hampir punah dapat diselamatkan secara cepat dengan hasil yang sama atau bahkan lebih baik. Menurut Dr. Hari Kartiko dari PAU Bioteknologi UGM, kontroversi yang timbul tentang keamanan organisme/pangan transgenik terhadap kesehatan dan keanekaragaman hayati disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kurangnya pemahaman tentang bioteknologi modem, adanya kesenjangan kebenaran ilmiah, dan perbedaan perspektif tentang konteks aman (safe) serta perbedaan perspektif tentang kepentingan dan lingkungan aman.  

Sumber: Atep Afia Hidayat. Pusat Pengembangan Bahan Ajar-Umb. Ilmu Lingkungan

Jumat, 15 Februari 2013

DEFINISI PERTANIAN BERKELANJUTAN

  1. Mantap secara ekologis. Berarti kualitas sumber daya alam dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan, dari manusia, tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Kedua hal ini akan terpenuhi jika tanah dikelola dan kesehatan tanaman, hewan serta masyarakat dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga kehilangan unsur hara, biomassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah pencemaran. Tekanannya adalah pada penggunaan sumber daya yang bisa diperbarui. 
  2. Bisa berlanjut secara ekonomis. Berarti petani bisa cukup menghasilkan untuk pemenuhan kebutuhan dan atau pendapatan sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan biaya yang dikeluarkan. Keberlanjutan ekonomis ini bisa diukur bukan hanya dalam hal produk usaha tani yang langusng namun juga dalam hal fungsi seperti melestarikan sumber daya alam dan meminimalkan resiko.
  3. Adil. Berarti sumber daya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa sehingga kebutuhan dasar semua anggota masyarakat terpenuhi dan hak-hak mereka dalam penggunaan lahan, modal yang memadai, bantuan teknis serta peluang pemasaran terjamin. Semua orang memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam pengambilan keputusan baik di lapangan maupun di dalam masyarakat. Kerusuhan sosial bisa mengancam sistem sosial secara keseluruhan, termasuk sistem pertaniannya.  
  4. Manusiawi. Berarti semua bentuk kehidupan tanaman, hewan, dan manusia dihargai. Martabat dasar semua makhluk hidup dihormati, dan hubungan serta institusi menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar, seperti kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama dan rasa sayang. Integritas budaya dan spiritual masyarakat dijaga dan dipelihara.  
  5. Luwes. Berarti masyarakat pedesaan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung terus, misalnya pertambahan jumlah penduduk, kebijakan, permintaan pasar, dan lain-lain. Hal ini meliputi bukan hanya pengembangan teknologi yang sesuai, namun juga inovasi dalam arti sosial dan budaya. Apabila kita telah dapat menghayati dan meresapi konsep pertanian berkelanjutan maka kedepan tentunya kita akan dapat meminimalisir terjadinya kerusakan lingkungan sekaligus memelihara tatanan sosial yang sehat di masyarakat kita, karena bagaimanapun kelestarian lingkungan (agroekosistem) yang merupakan sumber kehidupan masyarakat kita di masa lalu, kini dan masa mendatang. 
Sumber: Gips, 1986 cit. Reijntjes, (1999). Pertanian Masa Depan. Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah (eds. Terjemahan). Yogyakarta: Kanisius.

KLIK IKLAN BERHADIAH DOLLAR